Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, perpustakaan merupakan tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. Perpustakaan merupakan fasilitas yang mutlak harus ada dalam lingkungan akademis. Bagaimana tidak, kebutuhan para akademisi akan buku-buku sebagai refrensi tidak dapat serta-merta mereka peroleh. Ada banyak alasan mengapa buku-buku yang biasanya digunakan sebagai referensi tidak bisa dengan mudah didapatkan. Ada yang terbelenggu oleh biaya, ketersediaan barang, maupun berbagai alasan lain. Meskipun mencari referensi dalam internet sangatlah mudah pada zaman sekarang, tetap ada beberapa buku referensi—terutama yang klasik—yang tidak dapat ditemukan selain di perpustakaan-perpustakaan. Disinilah peran serta keberadaan perpustakaan sangat diapresiasi dan disyukuri oleh para akademisi.
Begitu pula yang
terjadi di Perpustakaan Universitas Airlangga Kampus B, Surabaya. Seperti yang
dapat dilihat, gedung seluas kurang lebih 5.613,75 m² ini tidak pernah sepi dari
pengunjung. Bahkan pada waktu-waktu
tertentu—terutama pada jam pergantian mata
kuliah ataupun pada masa-masa ujian—gedung ini
malah dipenuhi pengunjung yang hendak mencari buku untuk referensi tugas atau
sekadar bersantai sambil menunggu jam mata kuliah berikutnya. Gedung yang
dibangun pada tahun 1986 ini juga memiliki banyak ruangan
yang menyediakan berbagai koleksi buku ilmu-ilmu sosial, antara lain ilmu
hukum, ilmu sosial dan politik, ilmu budaya, ilmu psikologi, dan ilmu ekonomi
bisnis. Pada lantai satu, terdapat ruang diskusi, ruang belajar individu, ruang
internet, elib, dan bagian peminjaman buku. Pada lantai dua, terdapat ruang
koleksi khusus 1 dan ruang koleksi khusus 2. Sedangkan pada lantai tiga,
terdapat ruang baca umum, British Corner, dan American Corner. Namun
mengesampingkan banyaknya ruang yang diharapkan bisa sepenuhnya memfasilitasi
pengunjungnya, apakah sebenarnya fasilitas dalam ruangan baca umum—yang
menjadi jantung dari perpustakaan tersebut—sudah memenuhi ekspektasi
pengunjungnya?
Selain di setiap universitas, di
Surabaya terdapat beberapa perpustakaan milik negara yang dapat dijadikan
pembanding. Sebut saja perpustakaan umum kota Surabaya di Balai Pemuda maupun
badan arsip dan perpustakaan provinsi Jawa Timur. Kedua perpustakaan itu
cenderung ramai dan disukai masyarakat karena dua alasan, yaitu koleksi buku dan
suasananya. Kami pun mencoba mewawancarai salah seorang pengujung perpustakaan
Unair yang pernah mengunjungi perpustakaan lain di Surabaya, Wafiyya, sebagai narasumber
dan pembanding. Ia menjelaskan bahwa baik perpustakaan Unair maupun
perpustakaan kota Surabaya dan badan arsip dan perpustakaan provinsi Jawa Timur
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurutnya, suasana ruang baca
umum perpustakaan Unair sedikit kurang memenuhi ekspektasinya, ruang baca di perpustakaan
balai pemuda lebih nyaman, dengan fasilitas AC yang lebih dingin, pencahayaan
lebih baik, dan penataan letak rak buku yang nyaman. Sedangkan jika dibandingkan
dengan ruang baca di badan arsip dan perpustakaan, perpustakaan Unair lebih
nyaman karena lebih sepi dan kondusif. Meskipun fasilitas AC dan pencahayaan di
ruang baca badan arsip dan perpustakaan masih teta lebih baik dibanding ruang
baca umum perpustakaan Unair. Pada perpustakaan Unair, suasananya cenderung lebih
suram dibandingkan dua perpustakaan lainnya. Narasumber lain, Bening, juga
mengatakan hal yang sama. Fasilitas di ruang baca umum perpustakaan Unair juga
tidak memenuhi ekspektasinya, fasilitas AC yang tersedia dirasa kurang dingin
serta pencahayaan yang tersedia dirasa kurang terang. Padahal menurutnya
pencahayaan sangat penting bagi sebuah perpustakaan, karena dengan pencahayaan
yang buruk dapat menyebabkan mata sakit sehingga orang enggan berlama-lama menghabiskan
waktu membaca buku di sana.
Meskipun begitu bagi mereka berdua, ruang
baca perpustakaan Unair juga memiliki kelebihan tersendiri, yaitu buku yang
tersedia sesuai kebutuhan dengan kategorisasi yang memudahkan pengunjung untuk
mendapatkan buku yang mereka cari. Buku keluaran baru hinga klasik tersedia di
sana—meskipun
untuk buku baru jumlahnya tidak begitu banyak. Namun buku-buku yang tersedia di
sana menjadi sangat membantu karena jarak perpustakaan yang dekat, sehingga
mereka jadi tidak harus ke luar kampus untuk mencari referensi. Ruang baca umum
perpustakaan Unair juga memiliki tempat duduk yang banyak. Tidak nyaman duduk
di kursi? Pengunjung tidak perlu bingung karena telah disediakan pula tempat lesehan. Fasilitas tersebutlah yang
membuat pengunjung betah berlama-lama di perpustakaan. Selain itu prosedur
peminjaman buku di sini pun sangat mudah, pengunjung bisa memilih apakah mereka
ingin meminjam secara mandiri maupun dibantu dengan petugas perpustakaan.
Sehingga meskipun koleksi buku di
ruang baca umum perpustakaan Unair relatif lengkap dan sudah memenuhi kebutuhan.
Secara suasana, ruang baca umum perpustakaan Unair masih kurang memenuhi
ekspektasi pengunjung. Sebagai pengunjung, kedua narasumber kami mengharapan beberapa
hal yang harus diperbaiki oleh perpustakaan Unair untuk ke depannya. Antara lain,
memperbaiki pencahayaan dan fasilitas AC agar lebih dingin, sehingga pengunjung
jadi lebih nyaman jika membaca buku di sana. Selain itu menambah unit buku-buku
baru dan pengharum ruangan juga dinilai akan menambah daya tarik agar
pengunjung di perpustakaan jadi lebih banyak.