Sunday, October 28, 2018

Stray Kids, YouTube, dan Sebuah Pembuktian Popularitas

Industri hiburan Korea Selatan semakin berkembang sejak mendunianya hallyu wave, hal ini menyebabkan persaingan dalam industri tersebut juga semakin hari semakin ketat. Para pelaku di Industri hiburan berlomba-lomba untuk menjadi yang terpopuler sehingga dapat menghasilkan lebih banyak pundi-pundi uang. Di saat perusahaan besar sibuk memantapkan posisinya di puncak, beberapa perusahaan yang lebih kecil mulai menunjukkan geliatnya dengan ikut masuk dalam perang perebutan posisi puncak. Melihat geliat tersebut, perusahaan besar pun berusaha untuk tidak mau memberikan celah, mereka menyiapkan amunisi-amunisi baru dengan mendebutkan grup-grup baru. Stray Kids lah salah satu contohnya. 
Stray Kids merupakan grup baru di bawah naungan salah satu dari tiga raksasa industri hiburan Korea Selatan, JYP Entertainment. Grup dengan 9 orang member ini baru didebutkan pada awal tahun 2018 setelah melewati survival show berjudul sama di tahun sebelumnya. Dalam kurun 6 bulan sejak debutnya, Bang Chan cs ini telah merilis 4 mini album, satu diantaranya adalah mini album pre-debut yang merupakan kompilasi lagu dari survival show mereka. Strategi pengenalan grup baru melalui survival show memang cukup memberi impak, fandomfan kingdom—Stray Kids tumbuh begitu pesat, bahkan cukup pesat untuk membuat Official Fan Club 0th Generation pada bulan ketiga mereka debut. 
Baru-baru ini Stray Kids kembali melakukan comeback, yang mana comeback tersebut hanya berselang dua bulan sejak dirilisnya mini album sebelumnya. Dengan dirilisnya mini album berjudul "I am YOU", mereka pun akhirnya melengkapi album trilogi mereka—"I am NOT", "I am WHO", dan "I am YOU". Selain itu, pada album ini, mereka pun membuktikan kenaikan popularitas mereka. Sejak pertama kali rilis di Youtube pada 22 Oktober 2018, video musik "I am YOU" langsung dibanjiri penonton. Tak ayal, video ini pun meraih angka 10 juta views dalam kurun waktu kurang dari 2 hari (33 jam 44 menit), menjadi trend #6 di YouTube dan masuk dalam 20 besar video musik kpop di 2018 yang tercepat mencapai angka 10 juta. Yang mana angka ini bahkan tercapai lebih cepat dibanding dengan musik video untuk album-album sebelumnya. 
Dari era ke era: infografis mengenai musik video yang paling banyak ditonton
dalam channel YouTube resmi Stray Kids (sumber: dokumentasi pribadi)
Meskipun terkadang kurang masuk akal bagi non-fans, namun faktanya jumlah views YouTube memang kerap kali digunakan sebagai skala popularitas suatu grup. Tidak hanya dalam lingkup antar fandom, namun juga dalam lingkup formal semacam penentuan chart ranking untuk beberapa acara musik. Pada SBS Inkigayo, MBC Show! Music Core, dan Mnet M!Countdown sebagai contohnya, ketiga acara musik tersebut memasukkan YouTube sebagai salah satu aspek penilaian mereka dalam membuat chart ranking. Fakta tersebut—mau tak mau—membuat jumlah views YouTube menjadi penting untuk diangkat, jika ingin idolanya menang dalam acara musik.
Infografis data umum & statistik channel YouTube
resmi Stray Kids (sumber: dokumentasi pribadi)
Kembali lagi pada Stray Kids, meskipun terbilang baru, grup ini telah memiliki channel YouTube yang dibuat sejak 23 November 2017 silam dan saat ini telah memiliki 851.130 pengikut serta total 213.689.474 views. Channel ini cukup aktif dengan mengunggah berbagai konten antara lain video musik, dance practice video, variety show, behind the scene, bahkan jadwal fansign/fanmeet. Video musik "My Pace" dari album "I am WHO" pun menjadi unggahan dengan views paling banyak, video yang pertama kali dirilis pada 6 Agustus 2018 ini memiliki 46.759.587 views—yang mana dengan angka tersebut video musik ini masuk dalam 20 besar video yang paling banyak ditonton. Disusul oleh video musik "Hellevator" dan "District 9" dengan masing-masing 34.513.782 views dan 30.297.003 views. Barulah kemudian musik video dari comeback mereka yang paling baru, "I am YOU" dengan jumlah views 16.864.366. Hal itu tidak lepas dari jumlah pengikut dan views channel mereka yang bertambah secara konstan tiap harinya, yaitu dengan rata-rata 206 pengikut baru dan 7.222 views setiap harinya. Dengan angka views tersebut Stray Kids pun membuktikan popularitasnya.

Friday, September 14, 2018

Mengadu Kekompakan Tim dalam Baur Sedalu Komunikasi, Klub COCO Ambil Konsep Relay Game



Sumber: Dokumentasi instagram@bskunair2018
   Tahun ajaran baru selalu identik dengan serangkaian acara ospek yang bertujuan untuk memperkenalkan kehidupan perkuliahan terhadap mahasiswa baru. Baik dari skala universitas, fakultas, hingga jurusan memiliki serangkaian acara ospek mereka sendiri. Tidak ketinggalan juga di jurusan ilmu komunikasi Universitas Airlangga Surabaya.     Jurusan ini memiliki serangkaian acara ospek tematik yang seru dan informatif. Acara ospek ini bertajuk Baur Sedalu Komunikasi, atau yang biasa disingkat BSK. Tahun ini pun Baur Sedalu Komunikasi kembali lagi dengan mengangkat tema game. Dengan meliputi berbagai acara—antara lain, pra BSK, Jelajah Hima, Commcyclopedia, Commrace, serta Malam Keakraban—Baur Sedalu Komunikasi menghabiskan kurang lebih sebulan untuk menjalankan keseluruhan rangkaian acara. Melalui serangkaian acara ini, mahasiswa baru akan dikenalkan dengan "kehidupan perkuliahan" di jurusan ilmu komunikasi.
    Meskipun yang akan menjadi puncak acara adalah Malam Keakraban yang akan diadakan pada tanggal 15 September 2018 mendatang, salah satu acara lain di BSK yang cukup populer dan ditunggu-tunggu adalah Jelajah Hima. Mengapa demikian? Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga memiliki sistem himpunan mahasiswa yang sedikit berbeda dibanding himpunan mahasiswa jurusan lain, yang mana di dalam himakom (himpunan mahasiswa ilmu komunikasi) Unair hanya ada badan pengurus harian dan klub, tanpa ada divisi. Klub di sini berfungsi dan memiliki kewajiban sebagaimana divisi dalam himpunan mahasiswa, namun juga merangkap sebagai unit kegiatan mahasiswa tingkat jurusan. Oleh karena di jurusan ini setiap mahasiswa dianggap sebagai anggota himpunan mahasiswa, maka setiap mahasiswa pun diwajibkan untuk menjadi anggota salah satu klub dan mereka bebas untuk memilih klub mana yang ingin dimasuki sesuai minat dan bakat mereka. Itulah mengapa acara jelajah hima menjadi sangat penting.
      Sebagaimana acara pengenalan pada umumnya, jelajah hima juga diisi oleh penyampaian materi dari badan pengurus harian dan sembilan klub yang ada di himakom. Namun agar penyampaian materi tidak berkesan membosankan, mahasiswa baru diharuskan untuk memecahkan suatu teka-teki yang membawa mereka ke pos-pos tertentu yang diisi oleh klub-klub yang berbeda. Dalam setiap pos klub pun, tidak melulu diisi oleh presentasi, namun juga games dan sharing.
     Salah satu klub himakom yang turut berpartisipasi dalam acara ini adalah Klub COCO. Selain menyampaikan materi mengenai kegiatan harian mereka, klub yang bergerak di bidang desain grafis untuk himakom Unair ini juga menyiapkan games untuk mahasiswa baru yang mampir ke pos mereka. Dengan mengangkat konsep relay game untuk menguji kekompakan, klub ini memberikan dua games yang berbeda untuk dua hari jelajah hima.    Pada hari pertama, klub ini menyiapkan games berupa comic strip relay. Yang mana setiap kelompok diharuskan membuat sebuah komik strip dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Namun komik strip tersebut harus dibuat secara estafet, yang mana setiap mahasiswa hanya diperbolehkan untuk menggambar satu panel komik yang ceritanya harus sambung-menyambung antara satu sama lain. Sedangkan untuk hari kedua, klub ini menyiapkan games berupa "imagine a situation" drawing relay, yaitu di mana para mahasiswa baru akan diberi suatu kata sebagai tema utama dan harus membuat visualisasi situasi dari kata tersebut kemudian memberikan rasionalisasi mengenai gambaran mereka. Setiap mahasiswa dalam tim tersebut hanya diperbolehkan menggambar satu item dari sebuah suasana. Meskipun terlihat rumit, tapi games-games tersebut bukanlah tanpa makna. Bahkan menurut salah satu anggota klub COCO, justru game-game tersebut memiliki tujuan tersendiri, antara lain menguji kedekatan dan kekompakan antar mahasiswa dalam tim tersebut. Selain itu, games ini juga mengajarkan agar setiap anggota belajar bahwa dalam suatu kelompok pasti ada perbedaan pendapat dan sikap saling pengertian serta toleransilah yang dibutuhkan untuk dari terjadinya konflik.    

"Blue", Komik Bergaya Klasik Karya Anak Bangsa

  Seiring berjalannya waktu, industri hiburan pun semakin marak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bersamaan dengan berkembangnya  industri hiburan, tidak hanya industri hiburan musik dan perfilman yang jadi semakin ramai dibanjiri oleh sineas dan musisi baru. Namun Industri komik pun mulai dilirik oleh banyak orang. Banyak komikus bermunculan melalui berbagai situs penyedia komik online. Sebagai salah satu buktinya, situs penyedia komik asal Korea selatan, Webtoon, tak pernah sepi dari karya-karya anak bangsa. Setiap harinya banyak komik baru yang diupload ke bagian Webtoon challenge. Sebab tidak sedikit dari komik tersebut yang berhasil meniti karir lanjutannya di bagian Webtoon resmi berawal dari komik yang diupload di Webtoon challenge.
   Salah satu contohnya komik berjudul "Blue". "Blue" mrupakan komik baru di Webtoon resmi karya komikus Indonesia dengan nama pena Kennsaty. Memulai karirnya melalui Webtoon  challenge, terhitung dari pekan ini, komik "Blue" telah memasuki pekan ke-7 dengan total 9 episode sejak pertama kali rilis di Webtoon resmi pada 21 Juli 2018. Komik bergaya klasik yang setiap panel komiknya bernuansa warna biru dan abu-abu ini update setiap hari minggu.
   Dengan latar belakang tempat sebuah kota di Indonesia, komik "Blue" menceritakan tentang seorang remaja perempuan yang memiliki kemampuan untuk melihat makhluk astral. Tepatnya menceritakan mengenai perjalanan hidupnya sebagai seseorang yang memiliki 'kelebihan' dan pertemuannya dengan seorang hantu unik yang ia nilai sebagai hantu yang lebih 'manusiawi' dibandingkan dirinya sendiri yang manusia.
   Meskipun si komikus membuat karyanya dalam gaya klasik yang cenderung monokrom, cukup banyak pembaca yang memuji gaya gambarnya karena seakan memberi angin baru di dalam Webtoon. Dengan tema cerita dan gaya gambar yang mirip, banyak pembaca yang terkecoh dan mengira bahwa komik "Blue" merupakan lanjutan dari komik "My Ghost Roomie" karya seorang komikus Korea Selatan, Jeongseoa. Meskipun begitu, "Blue" merupakan komik yang jalan ceritanya jauh berbeda dengan "My Ghost Roomie". Sehingga apabila kalian menyukai cerita dengan ide yang serupa dengan komik "My Ghost Roomie", komik ini wajib dicoba.

Menonton Sebuah Kemenangan dari Dalam Lapangan

   Hari itu merupakan salah satu hari di pertengahan semester genap di tahun 2016.  Euforia penonton pertandingan futsal antar kelas itu tidak mati meskipun matahari bersinar terik dengan sadisnya. Riuh lagu-lagu dukungan yang dikumandangkan para penonton membumbung tinggi di lapangan yang beratapkan langit tersebut. Menyenangkan kelihatannya, namun tidak bagi kami yang sedang berlaga, yang memijakkan kaki di atas lapangan paving dan berpayungkan langit cerah tengah hari. Dengan hanya tiga orang berlatar belakang atlit—yang mana dua dari tiga orang tersebut bahkan bukan atlit futsal, melainkan atlit hockey dan atlit taekwondo—kami sedikit kesulitan melawan para adik kelas yang secara fisik lebih besar dari kami semua. Teriknya matahari menguras energi kami dua kali lipat lebih cepat daripada bermain di lapangan yang tertutup. Tapi ya sudahlah, toh ini akan menjadi pertandingan terakhir kami, murid kelas 12 IPS 2, selama kami menapakkan kaki di sekolah ini.
   Sayangnya skor kacamata bertahan hingga permainan selama lima belas menit itu berakhir, sehingga adu penalti harus dilakukan untuk menentukan siapa yang pantas untuk maju ke babak berikutnya. Atmosfer penonton di pinggir lapangan berubah. Tekanan semakin terasa bagi para pemain, bahkan mungkin terasa lebih berat bagi kapten timnya. Apalagi perempuan setinggi satu setengah meter itu pulalah yang dipilih sebagai algojo penalti yang terakhir—yang mungkin bakal menjadi penentu kemenangan tim mereka.
   Kegagalan dari keempat algojo dari tiap tim membuat permainan siang hari itu semakin tegang dan panas. Entah akibat teralihkan oleh ributnya penonton di pinggir lapangan atau memang karena tekanan batin dari dalam timnya sendiri, penendang terakhir dari tim lawan gagal juga dalam mengeksekusi penalti. Secerca harapan bangkit lagi diantara gundah gulana pemain lawan. Semuanya berdoa denga tujuannya masing-masing. Lelaki berkulit hitam jangkung yang dipercaya sebagai pelatih kami pun menarik si penendang terakhir. Tendang ke arah pojok datar dengan tanah saja, instruksinya. Namun hati si penendang terakhir ini menolak, mereka mengatakan untuk menendang ke sudut bagian atas gawang. 
   Sampai detik terakhir saat ia menendang bola, ia masih bergulat dengan hatinya sendiri. Namun, "Pojok atas!" itulah kata terakhir yang melintas di benaknya sehingga ia refleks menendang ke arah tersebut. Untuk sesaat semua terdiam, kemudian sedetik berikutnya semua bersorak sorai dan berhamburan untuk memeluknya. Kiper yang menjadi lawannya sama sekali tidak memprediksi arah tersebut, sehingga bola dengan mudah masuk ke dalam gawang. Skor 1-0 pun menjadi akhir dari pertandingan di siang bolong itu.
   Senyum sumringah dapat terlihat jelas di wajah pendukung kelas 12 IPS 2. Bagi si kapten, menonton raut wajah penuh kebahagiaan mereka dari dalam lapangan bahkan jauh lebih menyenangkan dibanding menyadari sendiri bahwa ia telah membawa timnya melaju ke babak berikutnya.
   Terkadang akupun tersenyum sendiri mengingat dan membayangkan bahwa diriku sendirilah yang dulu berada di posisi tersebut. Menjadi seorang algojo penalti terakhir yang menyaksikan senyum bahagia karena timnya berhasil maju ke babak berikutnya, yang menonton sebuah kemenangan dari dalam lapangan.

Monday, August 27, 2018

Jantung Perpustakaan UNAIR, Apakah Ruang Baca Umum Sudah Memenuhi Ekspektasi?

      Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, perpustakaan merupakan tempat, gedung, ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan penggunaan koleksi buku dan sebagainya. Perpustakaan merupakan fasilitas yang mutlak harus ada dalam lingkungan akademis. Bagaimana tidak, kebutuhan para akademisi akan buku-buku sebagai refrensi tidak dapat serta-merta mereka peroleh. Ada banyak alasan mengapa buku-buku yang biasanya digunakan sebagai referensi tidak bisa dengan mudah didapatkan. Ada yang terbelenggu oleh biaya, ketersediaan barang, maupun berbagai alasan lain. Meskipun mencari referensi dalam internet sangatlah mudah pada zaman sekarang, tetap ada beberapa buku referensi—terutama yang klasik—yang tidak dapat ditemukan selain di perpustakaan-perpustakaan. Disinilah peran serta keberadaan perpustakaan sangat diapresiasi dan disyukuri oleh para akademisi.
    Begitu pula yang terjadi di Perpustakaan Universitas Airlangga Kampus B, Surabaya. Seperti yang dapat dilihat, gedung seluas kurang lebih 5.613,75 m² ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Bahkan pada waktu-waktu  tertentuterutama pada jam pergantian mata kuliah ataupun pada masa-masa ujiangedung ini malah dipenuhi pengunjung yang hendak mencari buku untuk referensi tugas atau sekadar bersantai sambil menunggu jam mata kuliah berikutnya. Gedung yang dibangun pada tahun 1986 ini juga memiliki banyak ruangan yang menyediakan berbagai koleksi buku ilmu-ilmu sosial, antara lain ilmu hukum, ilmu sosial dan politik, ilmu budaya, ilmu psikologi, dan ilmu ekonomi bisnis. Pada lantai satu, terdapat ruang diskusi, ruang belajar individu, ruang internet, elib, dan bagian peminjaman buku. Pada lantai dua, terdapat ruang koleksi khusus 1 dan ruang koleksi khusus 2. Sedangkan pada lantai tiga, terdapat ruang baca umum, British Corner, dan American Corner. Namun mengesampingkan banyaknya ruang yang diharapkan bisa sepenuhnya memfasilitasi pengunjungnya, apakah sebenarnya fasilitas dalam ruangan baca umum—yang menjadi jantung dari perpustakaan tersebut—sudah memenuhi ekspektasi pengunjungnya?
    Selain di setiap universitas, di Surabaya terdapat beberapa perpustakaan milik negara yang dapat dijadikan pembanding. Sebut saja perpustakaan umum kota Surabaya di Balai Pemuda maupun badan arsip dan perpustakaan provinsi Jawa Timur. Kedua perpustakaan itu cenderung ramai dan disukai masyarakat karena dua alasan, yaitu koleksi buku dan suasananya. Kami pun mencoba mewawancarai salah seorang pengujung perpustakaan Unair yang pernah mengunjungi perpustakaan lain di Surabaya, Wafiyya, sebagai narasumber dan pembanding. Ia menjelaskan bahwa baik perpustakaan Unair maupun perpustakaan kota Surabaya dan badan arsip dan perpustakaan provinsi Jawa Timur memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Menurutnya, suasana ruang baca umum perpustakaan Unair sedikit kurang memenuhi ekspektasinya, ruang baca di perpustakaan balai pemuda lebih nyaman, dengan fasilitas AC yang lebih dingin, pencahayaan lebih baik, dan penataan letak rak buku yang nyaman. Sedangkan jika dibandingkan dengan ruang baca di badan arsip dan perpustakaan, perpustakaan Unair lebih nyaman karena lebih sepi dan kondusif. Meskipun fasilitas AC dan pencahayaan di ruang baca badan arsip dan perpustakaan masih teta lebih baik dibanding ruang baca umum perpustakaan Unair. Pada perpustakaan Unair, suasananya cenderung lebih suram dibandingkan dua perpustakaan lainnya. Narasumber lain, Bening, juga mengatakan hal yang sama. Fasilitas di ruang baca umum perpustakaan Unair juga tidak memenuhi ekspektasinya, fasilitas AC yang tersedia dirasa kurang dingin serta pencahayaan yang tersedia dirasa kurang terang. Padahal menurutnya pencahayaan sangat penting bagi sebuah perpustakaan, karena dengan pencahayaan yang buruk dapat menyebabkan mata sakit sehingga orang enggan berlama-lama menghabiskan waktu membaca buku di sana.
    Meskipun begitu bagi mereka berdua, ruang baca perpustakaan Unair juga memiliki kelebihan tersendiri, yaitu buku yang tersedia sesuai kebutuhan dengan kategorisasi yang memudahkan pengunjung untuk mendapatkan buku yang mereka cari. Buku keluaran baru hinga klasik tersedia di sana—meskipun untuk buku baru jumlahnya tidak begitu banyak. Namun buku-buku yang tersedia di sana menjadi sangat membantu karena jarak perpustakaan yang dekat, sehingga mereka jadi tidak harus ke luar kampus untuk mencari referensi. Ruang baca umum perpustakaan Unair juga memiliki tempat duduk yang banyak. Tidak nyaman duduk di kursi? Pengunjung tidak perlu bingung karena telah disediakan pula tempat lesehan. Fasilitas tersebutlah yang membuat pengunjung betah berlama-lama di perpustakaan. Selain itu prosedur peminjaman buku di sini pun sangat mudah, pengunjung bisa memilih apakah mereka ingin meminjam secara mandiri maupun dibantu dengan petugas perpustakaan.
    Sehingga meskipun koleksi buku di ruang baca umum perpustakaan Unair relatif lengkap dan sudah memenuhi kebutuhan. Secara suasana, ruang baca umum perpustakaan Unair masih kurang memenuhi ekspektasi pengunjung. Sebagai pengunjung, kedua narasumber kami mengharapan beberapa hal yang harus diperbaiki oleh perpustakaan Unair untuk ke depannya. Antara lain, memperbaiki pencahayaan dan fasilitas AC agar lebih dingin, sehingga pengunjung jadi lebih nyaman jika membaca buku di sana. Selain itu menambah unit buku-buku baru dan pengharum ruangan juga dinilai akan menambah daya tarik agar pengunjung di perpustakaan jadi lebih banyak.



Stray Kids, YouTube, dan Sebuah Pembuktian Popularitas

Industri hiburan Korea Selatan semakin berkembang sejak mendunianya hallyu wave , hal ini menyebabkan persaingan dalam industri tersebut ju...