Friday, September 14, 2018

Mengadu Kekompakan Tim dalam Baur Sedalu Komunikasi, Klub COCO Ambil Konsep Relay Game



Sumber: Dokumentasi instagram@bskunair2018
   Tahun ajaran baru selalu identik dengan serangkaian acara ospek yang bertujuan untuk memperkenalkan kehidupan perkuliahan terhadap mahasiswa baru. Baik dari skala universitas, fakultas, hingga jurusan memiliki serangkaian acara ospek mereka sendiri. Tidak ketinggalan juga di jurusan ilmu komunikasi Universitas Airlangga Surabaya.     Jurusan ini memiliki serangkaian acara ospek tematik yang seru dan informatif. Acara ospek ini bertajuk Baur Sedalu Komunikasi, atau yang biasa disingkat BSK. Tahun ini pun Baur Sedalu Komunikasi kembali lagi dengan mengangkat tema game. Dengan meliputi berbagai acara—antara lain, pra BSK, Jelajah Hima, Commcyclopedia, Commrace, serta Malam Keakraban—Baur Sedalu Komunikasi menghabiskan kurang lebih sebulan untuk menjalankan keseluruhan rangkaian acara. Melalui serangkaian acara ini, mahasiswa baru akan dikenalkan dengan "kehidupan perkuliahan" di jurusan ilmu komunikasi.
    Meskipun yang akan menjadi puncak acara adalah Malam Keakraban yang akan diadakan pada tanggal 15 September 2018 mendatang, salah satu acara lain di BSK yang cukup populer dan ditunggu-tunggu adalah Jelajah Hima. Mengapa demikian? Ilmu Komunikasi Universitas Airlangga memiliki sistem himpunan mahasiswa yang sedikit berbeda dibanding himpunan mahasiswa jurusan lain, yang mana di dalam himakom (himpunan mahasiswa ilmu komunikasi) Unair hanya ada badan pengurus harian dan klub, tanpa ada divisi. Klub di sini berfungsi dan memiliki kewajiban sebagaimana divisi dalam himpunan mahasiswa, namun juga merangkap sebagai unit kegiatan mahasiswa tingkat jurusan. Oleh karena di jurusan ini setiap mahasiswa dianggap sebagai anggota himpunan mahasiswa, maka setiap mahasiswa pun diwajibkan untuk menjadi anggota salah satu klub dan mereka bebas untuk memilih klub mana yang ingin dimasuki sesuai minat dan bakat mereka. Itulah mengapa acara jelajah hima menjadi sangat penting.
      Sebagaimana acara pengenalan pada umumnya, jelajah hima juga diisi oleh penyampaian materi dari badan pengurus harian dan sembilan klub yang ada di himakom. Namun agar penyampaian materi tidak berkesan membosankan, mahasiswa baru diharuskan untuk memecahkan suatu teka-teki yang membawa mereka ke pos-pos tertentu yang diisi oleh klub-klub yang berbeda. Dalam setiap pos klub pun, tidak melulu diisi oleh presentasi, namun juga games dan sharing.
     Salah satu klub himakom yang turut berpartisipasi dalam acara ini adalah Klub COCO. Selain menyampaikan materi mengenai kegiatan harian mereka, klub yang bergerak di bidang desain grafis untuk himakom Unair ini juga menyiapkan games untuk mahasiswa baru yang mampir ke pos mereka. Dengan mengangkat konsep relay game untuk menguji kekompakan, klub ini memberikan dua games yang berbeda untuk dua hari jelajah hima.    Pada hari pertama, klub ini menyiapkan games berupa comic strip relay. Yang mana setiap kelompok diharuskan membuat sebuah komik strip dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Namun komik strip tersebut harus dibuat secara estafet, yang mana setiap mahasiswa hanya diperbolehkan untuk menggambar satu panel komik yang ceritanya harus sambung-menyambung antara satu sama lain. Sedangkan untuk hari kedua, klub ini menyiapkan games berupa "imagine a situation" drawing relay, yaitu di mana para mahasiswa baru akan diberi suatu kata sebagai tema utama dan harus membuat visualisasi situasi dari kata tersebut kemudian memberikan rasionalisasi mengenai gambaran mereka. Setiap mahasiswa dalam tim tersebut hanya diperbolehkan menggambar satu item dari sebuah suasana. Meskipun terlihat rumit, tapi games-games tersebut bukanlah tanpa makna. Bahkan menurut salah satu anggota klub COCO, justru game-game tersebut memiliki tujuan tersendiri, antara lain menguji kedekatan dan kekompakan antar mahasiswa dalam tim tersebut. Selain itu, games ini juga mengajarkan agar setiap anggota belajar bahwa dalam suatu kelompok pasti ada perbedaan pendapat dan sikap saling pengertian serta toleransilah yang dibutuhkan untuk dari terjadinya konflik.    

"Blue", Komik Bergaya Klasik Karya Anak Bangsa

  Seiring berjalannya waktu, industri hiburan pun semakin marak digemari oleh masyarakat Indonesia. Bersamaan dengan berkembangnya  industri hiburan, tidak hanya industri hiburan musik dan perfilman yang jadi semakin ramai dibanjiri oleh sineas dan musisi baru. Namun Industri komik pun mulai dilirik oleh banyak orang. Banyak komikus bermunculan melalui berbagai situs penyedia komik online. Sebagai salah satu buktinya, situs penyedia komik asal Korea selatan, Webtoon, tak pernah sepi dari karya-karya anak bangsa. Setiap harinya banyak komik baru yang diupload ke bagian Webtoon challenge. Sebab tidak sedikit dari komik tersebut yang berhasil meniti karir lanjutannya di bagian Webtoon resmi berawal dari komik yang diupload di Webtoon challenge.
   Salah satu contohnya komik berjudul "Blue". "Blue" mrupakan komik baru di Webtoon resmi karya komikus Indonesia dengan nama pena Kennsaty. Memulai karirnya melalui Webtoon  challenge, terhitung dari pekan ini, komik "Blue" telah memasuki pekan ke-7 dengan total 9 episode sejak pertama kali rilis di Webtoon resmi pada 21 Juli 2018. Komik bergaya klasik yang setiap panel komiknya bernuansa warna biru dan abu-abu ini update setiap hari minggu.
   Dengan latar belakang tempat sebuah kota di Indonesia, komik "Blue" menceritakan tentang seorang remaja perempuan yang memiliki kemampuan untuk melihat makhluk astral. Tepatnya menceritakan mengenai perjalanan hidupnya sebagai seseorang yang memiliki 'kelebihan' dan pertemuannya dengan seorang hantu unik yang ia nilai sebagai hantu yang lebih 'manusiawi' dibandingkan dirinya sendiri yang manusia.
   Meskipun si komikus membuat karyanya dalam gaya klasik yang cenderung monokrom, cukup banyak pembaca yang memuji gaya gambarnya karena seakan memberi angin baru di dalam Webtoon. Dengan tema cerita dan gaya gambar yang mirip, banyak pembaca yang terkecoh dan mengira bahwa komik "Blue" merupakan lanjutan dari komik "My Ghost Roomie" karya seorang komikus Korea Selatan, Jeongseoa. Meskipun begitu, "Blue" merupakan komik yang jalan ceritanya jauh berbeda dengan "My Ghost Roomie". Sehingga apabila kalian menyukai cerita dengan ide yang serupa dengan komik "My Ghost Roomie", komik ini wajib dicoba.

Menonton Sebuah Kemenangan dari Dalam Lapangan

   Hari itu merupakan salah satu hari di pertengahan semester genap di tahun 2016.  Euforia penonton pertandingan futsal antar kelas itu tidak mati meskipun matahari bersinar terik dengan sadisnya. Riuh lagu-lagu dukungan yang dikumandangkan para penonton membumbung tinggi di lapangan yang beratapkan langit tersebut. Menyenangkan kelihatannya, namun tidak bagi kami yang sedang berlaga, yang memijakkan kaki di atas lapangan paving dan berpayungkan langit cerah tengah hari. Dengan hanya tiga orang berlatar belakang atlit—yang mana dua dari tiga orang tersebut bahkan bukan atlit futsal, melainkan atlit hockey dan atlit taekwondo—kami sedikit kesulitan melawan para adik kelas yang secara fisik lebih besar dari kami semua. Teriknya matahari menguras energi kami dua kali lipat lebih cepat daripada bermain di lapangan yang tertutup. Tapi ya sudahlah, toh ini akan menjadi pertandingan terakhir kami, murid kelas 12 IPS 2, selama kami menapakkan kaki di sekolah ini.
   Sayangnya skor kacamata bertahan hingga permainan selama lima belas menit itu berakhir, sehingga adu penalti harus dilakukan untuk menentukan siapa yang pantas untuk maju ke babak berikutnya. Atmosfer penonton di pinggir lapangan berubah. Tekanan semakin terasa bagi para pemain, bahkan mungkin terasa lebih berat bagi kapten timnya. Apalagi perempuan setinggi satu setengah meter itu pulalah yang dipilih sebagai algojo penalti yang terakhir—yang mungkin bakal menjadi penentu kemenangan tim mereka.
   Kegagalan dari keempat algojo dari tiap tim membuat permainan siang hari itu semakin tegang dan panas. Entah akibat teralihkan oleh ributnya penonton di pinggir lapangan atau memang karena tekanan batin dari dalam timnya sendiri, penendang terakhir dari tim lawan gagal juga dalam mengeksekusi penalti. Secerca harapan bangkit lagi diantara gundah gulana pemain lawan. Semuanya berdoa denga tujuannya masing-masing. Lelaki berkulit hitam jangkung yang dipercaya sebagai pelatih kami pun menarik si penendang terakhir. Tendang ke arah pojok datar dengan tanah saja, instruksinya. Namun hati si penendang terakhir ini menolak, mereka mengatakan untuk menendang ke sudut bagian atas gawang. 
   Sampai detik terakhir saat ia menendang bola, ia masih bergulat dengan hatinya sendiri. Namun, "Pojok atas!" itulah kata terakhir yang melintas di benaknya sehingga ia refleks menendang ke arah tersebut. Untuk sesaat semua terdiam, kemudian sedetik berikutnya semua bersorak sorai dan berhamburan untuk memeluknya. Kiper yang menjadi lawannya sama sekali tidak memprediksi arah tersebut, sehingga bola dengan mudah masuk ke dalam gawang. Skor 1-0 pun menjadi akhir dari pertandingan di siang bolong itu.
   Senyum sumringah dapat terlihat jelas di wajah pendukung kelas 12 IPS 2. Bagi si kapten, menonton raut wajah penuh kebahagiaan mereka dari dalam lapangan bahkan jauh lebih menyenangkan dibanding menyadari sendiri bahwa ia telah membawa timnya melaju ke babak berikutnya.
   Terkadang akupun tersenyum sendiri mengingat dan membayangkan bahwa diriku sendirilah yang dulu berada di posisi tersebut. Menjadi seorang algojo penalti terakhir yang menyaksikan senyum bahagia karena timnya berhasil maju ke babak berikutnya, yang menonton sebuah kemenangan dari dalam lapangan.

Stray Kids, YouTube, dan Sebuah Pembuktian Popularitas

Industri hiburan Korea Selatan semakin berkembang sejak mendunianya hallyu wave , hal ini menyebabkan persaingan dalam industri tersebut ju...